Skip to main content

Dosa berdampak pada kerugian sosial

SERINGKALI kita menyepelekan setiap dosa yang kita perbuat. Baik itu dosa kecil bahkan besar sekalipun. Kita tidak pernah menyadari jika yang kita perbuat itu menyebabkan dosa. Al-Qur’an telah menceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang dibinasakan Allah SWT karena dosa mereka.
Lihatlah akibat dari sekelompok orang yang mengingkari perintah Nabi mereka. Allah telah menurunkan azab dan siksanya seketika itu pula. Dampaknya tidak hanya pada mereka yang berdosa saja, melainkan pada semua orang yang ada di sekitarnya. Demikian Allah telah mengingatkan hambanya jauh-jauh hari dalam firmannya :
Dan takutlah kamu dari siksaan yang tidak hanya secara khusus menimpa-orang0orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya.”(QS. AL Anfal: 25)
Inilah dampak besar dari perbuatan dosa. Sungguh Nabi sendiri telah memberikan gambaran tentang hal itu. Kata Nabi perbuatan dosa bisa berdampak kesengsaraan sosial. Ini bisa dilihat dari kisah seseorang yang melubangi perahu.
Suatu hari saat perahu berlayar di tengah lautan, ada seseorang yang melubangi perahu tersebut. Maka apa yang akan terjadi ?. Lantas siapa yang akan tenggelam ? pelaku saja atau seluruh awak kapal ?. Ya semuanya tentu akan tenggelam. Meski mereka tidak ikut merusak tapi mereka ikut tenggelam, akibat perbuatan jahat satu orang itu.
Seperti itulah namanya perbuatan dos. Kadang azab itu hanya menimpa orang yang berbuat itu saja atau menimpa orang dan lingkungan disekitarnya
Atas dasar inilah agama mewajibkan kita berbuat amar ma’ruf nahi mungkar. Amar ma’ruf artinya kita diharuskan berbuat kebaikan didunia. Agar bumi menjadi tentram dan jauh dari kerusakan. Nahi mungkar artinya manusia harus menjauhi perbuatan yang dilarang Allah SWT. karena akan mengakibatkan kerusakan.
Sadarlah! Sudah pasti perbuatan dosa itu akan mengundang adzab. Contoh nyata hari ini adalah musibah bencana alam.
Bencana alam di satu sisi merupakan fenomena alam yang wajar. Namun disisi lain ini diakibatkan oleh dosa manusia.
Bencana alam banjir secara alamiah bisa diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi. Tapi disisi lain ini akibat dosa para penebang pohon, dosa pembuang sampah sembarangan. Sehingga mengakibatkan orang yang tidak menebang pohon dan membuang sampah menerima dampak yang mereka perbuat. [ta/islampos]

Comments

Popular posts from this blog

Benarkah dia keturunan Nabi Muhammad S.A.W yang masih hidup?

Ada kabar mengejutkan dari dunia maya. Wajah cicit Rasulullah tersebar dan menghebohkan para netizen. Muncul wajah putra ulama besar kota Madinah Sayyid Yusuf Halim anak Syeikh Jamil Halim Al-Husaini. Keturunan Rasulullah s.a.w melalui Sayyidina Husain, putra Fatimah dan Ali bin Abi Thalib Nasab yang bersambung kepada Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam memiliki sekitar 40 tingkat, dan semua keturunan Rasulullah pada umumnya hafal dengan silsilah mereka sampai kepada Fatimah putri Rasulullah yang bersuamikan Ali bin Abu Thalib, sepupu beliau.                Predikat Zuriat Rasul bukan hal sepele, misalnya Habib Ali Al Jifri, lihat nasab beliau di sini. Di Indonesia sendiri ada lembaga bernama Rabithah Alawiyah yang mengurusi kemurnian nasab seseorang yang benar masih merupakan keturunan Rasulullah. Dengan begitu sangat ketat mengenai hal ini, lagipula waktu 1400 tahun bukan waktu yang begitu panjang, se...

Seperti Ini Seharusnya Pemakaian Kata “Insya Allah” Diucapkan

Dalam proses kehidupan sehari-hari, tentunya banyak aktivitas dan rutinitas hidup yang mewarnai berjalannya suatu proses kehidupan. Terlebih, dalam hal membuat janji dan komitmen antar sesama manusia dalam kesehariannya. Lantas, sebelum membuat janji atau pun kesanggupan terhadap suatu komitmen dalam Islam kita dianjurkan untuk mengucapkan kata “Insya Allah” (jika Allah SWT menghendaki) sebagai suatu niat kesanggupan awal dalam mengawali sesuatu. Namun demikian, akhir-akhir ini penggunaan “Insya Allah” seringkali digunakan untuk mengelak atau belum pasti tanpa ada niat untuk menyanggupi. Lantas, seperti apa penerapan pengucapan  Insya Allah  yang tepat? Berikut ulasan dari  Aktual.com  dari Ustad Sujono, Lc. “Boleh menggunakan “Insya Allah” ketika berjanji, dengan catatan dia bertekad untuk menepatinya. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan Allah SWT takdirkan untuk kita esok hari. Adapun jika tujuan mengucapkan  Insya Allah  adalah karena tida...

Belajar dari sebuah pensil

Sabahat dunia islam, dalam hidup setiap yang kita lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan kita ke depan yaitu  belajar dari sebuah pensil . Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menj...