Skip to main content

Seperti Ini Seharusnya Pemakaian Kata “Insya Allah” Diucapkan

Dalam proses kehidupan sehari-hari, tentunya banyak aktivitas dan rutinitas hidup yang mewarnai berjalannya suatu proses kehidupan. Terlebih, dalam hal membuat janji dan komitmen antar sesama manusia dalam kesehariannya.
Lantas, sebelum membuat janji atau pun kesanggupan terhadap suatu komitmen dalam Islam kita dianjurkan untuk mengucapkan kata “Insya Allah” (jika Allah SWT menghendaki) sebagai suatu niat kesanggupan awal dalam mengawali sesuatu.
Namun demikian, akhir-akhir ini penggunaan “Insya Allah” seringkali digunakan untuk mengelak atau belum pasti tanpa ada niat untuk menyanggupi. Lantas, seperti apa penerapan pengucapan Insya Allah yang tepat? Berikut ulasan dari Aktual.com dari Ustad Sujono, Lc.
“Boleh menggunakan “Insya Allah” ketika berjanji, dengan catatan dia bertekad untuk menepatinya. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan Allah SWT takdirkan untuk kita esok hari. Adapun jika tujuan mengucapkan Insya Allah adalah karena tidak enak atau segan untuk mengatakan tidak bisa menepati janji dan dia memang berniat tidak menepati janji maka dia berdosa. Wallahu a’lam,” ujar Ustad Sujono, dihubungi Aktual.com di Jakarta, Minggu (9/8)’
Adapun, dalil dianjurkanya mengucapkan Insya Allahadalah firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi yang berisi sebuah teguran kepada Rasulullah SAW untuk tidak memastikan sesuatu kecuali dengan kata Insya Allah:
وَلاَتَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًاإِلآ أَن يَشَآءَ اللهُ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya kau akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.” (al Kahfi: 23-24)
“Tapi yang jelas penggunaan Insya Allah bukan untuk mengelak dari janji,” tambahnya.
Sementara itu, Ustad Firanda menjelaskan adapun penggunaan kata “Insya Allah” untuk tiga fungsi yang benar, dan 1 fungsi yang salah, yaitu:
(1) untuk menegaskan sebuah kepastian. Seperti halnya sabda Nabi Muhammad SAW dalam doa ziarah qubur (Dan Kami Insya Allah akan menyusul kalian wahai penghuni kuburan). Dan tentunya kita semua pasti meninggal.
Demikian juga firman Allah SWT (Sesungguhnya kalian pasti akan memasuki Masjdil Haram Insya Allah dalam keadaan aman) QS Al-Fath : 27
(2) Untuk mengungkapkan usaha atau kesungguhan, akan tetapi keberhasilan dalam prosesnya sepenuhnya diserahkan pada Allah SWT.
(3) munculnya keraguan untuk menyanggupi, namun dalam hati ada keinginan untuk melakukannya.
(4) Penggunaannya di salah gunakan: Sebagai senjata untuk melarikan diri atau untuk mengelak. seperti ungkapan seseorang ketika diundang ke sebuah agenda, lantas dalam hatinya sebenarnya dia tidak berkenan untuk hadir, maka dia pun berkata, “Insya Allah”.
Atau ketika diminta bantuan namun sebenarnya dia tidak bisa menyanggupi, maka dengan enteng dia memanfaatkan kata “Insya Allah” tersebut sebagai pelindung.
Miris, itulah fenomena yang menyedihkan manakala perkataan “Insya Allah” yang seharusnya digunakan untuk menyatakan keseriusan malah disalahgunakan untuk mengelak. Wallahu a’lam bi showwab.
Sumber : www.aktual.com

Comments

Popular posts from this blog

Benarkah dia keturunan Nabi Muhammad S.A.W yang masih hidup?

Ada kabar mengejutkan dari dunia maya. Wajah cicit Rasulullah tersebar dan menghebohkan para netizen. Muncul wajah putra ulama besar kota Madinah Sayyid Yusuf Halim anak Syeikh Jamil Halim Al-Husaini. Keturunan Rasulullah s.a.w melalui Sayyidina Husain, putra Fatimah dan Ali bin Abi Thalib Nasab yang bersambung kepada Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam memiliki sekitar 40 tingkat, dan semua keturunan Rasulullah pada umumnya hafal dengan silsilah mereka sampai kepada Fatimah putri Rasulullah yang bersuamikan Ali bin Abu Thalib, sepupu beliau.                Predikat Zuriat Rasul bukan hal sepele, misalnya Habib Ali Al Jifri, lihat nasab beliau di sini. Di Indonesia sendiri ada lembaga bernama Rabithah Alawiyah yang mengurusi kemurnian nasab seseorang yang benar masih merupakan keturunan Rasulullah. Dengan begitu sangat ketat mengenai hal ini, lagipula waktu 1400 tahun bukan waktu yang begitu panjang, se...

Belajar dari sebuah pensil

Sabahat dunia islam, dalam hidup setiap yang kita lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan kita ke depan yaitu  belajar dari sebuah pensil . Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menj...