Skip to main content

"LUPA" salah satu dari nikmat

Siapa yang tidak pernah lupa. Saya, Anda, atau siapapun pasti pernah lupa. Hanya kadarnya saja yang berbeda. Ada yang sangat pelupa, hingga sulit mengingat. Ada pula yang ingatannya tajam, sehingga sulit lupa.
Seringkali menyesali sifat lupa, hanya karena sedikit kerugian yang diakibatkannya. Kita juga kerap menganggap sifat lupa sebagai pangkal kebodohan, dan sebaliknya sifat ingat sebagai bukti kecerdasan.
Orang yang mudah menghafal dianggap sebagai orang yang sangat cerdas. Sebaliknya, orang yang mudah lupa dicap sebagai orang bodoh dan ceroboh.
Padahal, andai kita mau merenung sejenak, kita akan menemukan bahwa sifat lupa adalah nikmat yang menakjubkan dari Allah. Sama seperti sifat ingat yang ada pada kita.
Bayangkan, andai saja Allah tidak memberi kita sifat lupa, maka kita tidak akan mampu melupakan setiap kejadian yang kita alamai sepanjang hidup. Kita akan terus ingat, bagaimana kita menjalani masa kecil. Setiap kejadian yang menggembirakan dan menyedihkan, setiap orang yang kita temui, setiap tempat yang kita lewati dan kita tinggali. Semuanya akan membekas jelas dalam ingatan kita. Mungkin, hidup kita akan berat.
Alhamdulillah, Allah memberikan kita sifat lupa. Sehingga kita dapat melupakan setiap kejadian menyedihkan dalam hidup kita. Melupakan kesalahan orang lain kepada kita, sehingga kita mudah memaafkan mereka. Melupakan amal kebaikan yang kita lakukan, sehingga kita tetap bisa ikhlash dan tidak riya’.
“Maka, nikmat manakah yang engkau dustakan?”
Sumber : Arrahman.com

Comments

Popular posts from this blog

Benarkah dia keturunan Nabi Muhammad S.A.W yang masih hidup?

Ada kabar mengejutkan dari dunia maya. Wajah cicit Rasulullah tersebar dan menghebohkan para netizen. Muncul wajah putra ulama besar kota Madinah Sayyid Yusuf Halim anak Syeikh Jamil Halim Al-Husaini. Keturunan Rasulullah s.a.w melalui Sayyidina Husain, putra Fatimah dan Ali bin Abi Thalib Nasab yang bersambung kepada Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam memiliki sekitar 40 tingkat, dan semua keturunan Rasulullah pada umumnya hafal dengan silsilah mereka sampai kepada Fatimah putri Rasulullah yang bersuamikan Ali bin Abu Thalib, sepupu beliau.                Predikat Zuriat Rasul bukan hal sepele, misalnya Habib Ali Al Jifri, lihat nasab beliau di sini. Di Indonesia sendiri ada lembaga bernama Rabithah Alawiyah yang mengurusi kemurnian nasab seseorang yang benar masih merupakan keturunan Rasulullah. Dengan begitu sangat ketat mengenai hal ini, lagipula waktu 1400 tahun bukan waktu yang begitu panjang, se...

Seperti Ini Seharusnya Pemakaian Kata “Insya Allah” Diucapkan

Dalam proses kehidupan sehari-hari, tentunya banyak aktivitas dan rutinitas hidup yang mewarnai berjalannya suatu proses kehidupan. Terlebih, dalam hal membuat janji dan komitmen antar sesama manusia dalam kesehariannya. Lantas, sebelum membuat janji atau pun kesanggupan terhadap suatu komitmen dalam Islam kita dianjurkan untuk mengucapkan kata “Insya Allah” (jika Allah SWT menghendaki) sebagai suatu niat kesanggupan awal dalam mengawali sesuatu. Namun demikian, akhir-akhir ini penggunaan “Insya Allah” seringkali digunakan untuk mengelak atau belum pasti tanpa ada niat untuk menyanggupi. Lantas, seperti apa penerapan pengucapan  Insya Allah  yang tepat? Berikut ulasan dari  Aktual.com  dari Ustad Sujono, Lc. “Boleh menggunakan “Insya Allah” ketika berjanji, dengan catatan dia bertekad untuk menepatinya. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan Allah SWT takdirkan untuk kita esok hari. Adapun jika tujuan mengucapkan  Insya Allah  adalah karena tida...

Belajar dari sebuah pensil

Sabahat dunia islam, dalam hidup setiap yang kita lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan kita ke depan yaitu  belajar dari sebuah pensil . Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menj...