Skip to main content

Kapan Seorang Muslim Dinyatakan Murtad?

Jurnalmuslim.com - Orang muslim tidak dinilai keluar dari islam dan dihukumi murtad kecuali jika dadanya lapang dengan kekafirannya, merasa tenang dengan kekafiran, dan benar-benar masuk dedalamnya. Hal ini berdasar firman Allah yang artinya:
“akan tetapi orang yang melapangkan dadanya  untuk kekafiran.” (An-Nahl: 106).
Diantara contoh-contoh yang menunjukan kekafiran adalah:
1.    Mengingkari hal-hal yang telah ditetapkan secara pasti. Seprti mengingkari keesaan Allah, tidak mengakui Allah yang menciptakan alam, mengingkari keberadaan malaikat, mengingkari kenabian Muhammad saw, tidak mengakkui Al-Quran sebagai wahyu Allah, mengingkari hari kebangkitan dan pembalasan, mengingkari kewajiban shalat, zakat, puasa, dan haji.
2.    Menghalalkan sesuatu yang disepakati keharamannya oleh kaum muslimin. Seperti menghalalkan khamar, zina, riba, memakan daging babi, menghalalkan darah dan harta orang yang tidak bersalah.
3.    Mengharamkan sesuatu yang disepakati kehalalannya olehkaum muslimin. Seperti mengharamkan hal-hal yang baik.
4.    Mencela dan menghina Nabi saw, begitu pula mencela salah satu diantara para Nabi as.
5.    Mencela agama, mencela al-Quran dan sunnah, tidak berhukum dengan al-Quran dan sunnah, lebih mendahulukan hukum-hukum buatan manusia ketimbang al-Quran dan sunnah.
6.    Membuang mushaf di tempat-tempat kotorang, begitu juga dengan kitab-kitab hadits, menghina dan menganggap enteng kandungan al-Quran dan sunnah.

Bisikan-bisikan yang ada dalam jiwa tidak termasuk dalam hal ini. Sebab, Allah tidak menghukum berdasarkan bisikan-bisikan jiwa. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya:

“sungguh Allah saw memaafkan apa yang terbesit dalam jiwa umatku selama tidak dikejakan dan diucapkan.”

Comments

Popular posts from this blog

Benarkah dia keturunan Nabi Muhammad S.A.W yang masih hidup?

Ada kabar mengejutkan dari dunia maya. Wajah cicit Rasulullah tersebar dan menghebohkan para netizen. Muncul wajah putra ulama besar kota Madinah Sayyid Yusuf Halim anak Syeikh Jamil Halim Al-Husaini. Keturunan Rasulullah s.a.w melalui Sayyidina Husain, putra Fatimah dan Ali bin Abi Thalib Nasab yang bersambung kepada Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam memiliki sekitar 40 tingkat, dan semua keturunan Rasulullah pada umumnya hafal dengan silsilah mereka sampai kepada Fatimah putri Rasulullah yang bersuamikan Ali bin Abu Thalib, sepupu beliau.                Predikat Zuriat Rasul bukan hal sepele, misalnya Habib Ali Al Jifri, lihat nasab beliau di sini. Di Indonesia sendiri ada lembaga bernama Rabithah Alawiyah yang mengurusi kemurnian nasab seseorang yang benar masih merupakan keturunan Rasulullah. Dengan begitu sangat ketat mengenai hal ini, lagipula waktu 1400 tahun bukan waktu yang begitu panjang, se...

Seperti Ini Seharusnya Pemakaian Kata “Insya Allah” Diucapkan

Dalam proses kehidupan sehari-hari, tentunya banyak aktivitas dan rutinitas hidup yang mewarnai berjalannya suatu proses kehidupan. Terlebih, dalam hal membuat janji dan komitmen antar sesama manusia dalam kesehariannya. Lantas, sebelum membuat janji atau pun kesanggupan terhadap suatu komitmen dalam Islam kita dianjurkan untuk mengucapkan kata “Insya Allah” (jika Allah SWT menghendaki) sebagai suatu niat kesanggupan awal dalam mengawali sesuatu. Namun demikian, akhir-akhir ini penggunaan “Insya Allah” seringkali digunakan untuk mengelak atau belum pasti tanpa ada niat untuk menyanggupi. Lantas, seperti apa penerapan pengucapan  Insya Allah  yang tepat? Berikut ulasan dari  Aktual.com  dari Ustad Sujono, Lc. “Boleh menggunakan “Insya Allah” ketika berjanji, dengan catatan dia bertekad untuk menepatinya. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan Allah SWT takdirkan untuk kita esok hari. Adapun jika tujuan mengucapkan  Insya Allah  adalah karena tida...

Belajar dari sebuah pensil

Sabahat dunia islam, dalam hidup setiap yang kita lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan kita ke depan yaitu  belajar dari sebuah pensil . Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menj...